Pages

Minggu, 30 Desember 2012

Review Film Frankenweenie

 





Sutradara Tim Burton kembali membesut sebuah film dengan ciri khasnya. Kali ini bekerja sama dengan Walt Disney Pictures, ia mempersembahkan ‘Frankenweenie’.
Sebelum menyutradarai film pertamanya pada pertengahan dekade 1980an, Tim Burton pernah menyutradarai pementasan drama komedi berdurasi 30 menit, Frankenstein, untuk Disney.
Film Frankenweenie ini seperti menjadi prequel bagi cerita Frankenstein yang kita kenal. Cerita asli Frankenstein sendiri diangkat dari novel ‘Frankenstein; or, The Modern Prometheus’ yang ditulis oleh Mary Shelley.
Ceritanya mengenai seorong tokoh bernama Victor Frankenstein, seorang ilmuwan jenius yang terobsesi menghidupkan makhluk ciptaannya.
Jauh sebelum menciptakan sesosok monster, dikisahkan Victor (Charlie Tahan) kecil yang masih berusia 11 tahun pernah memiliki seekor anjing setia bernama Sparky.
Victor sangat menyayangi peliharaannya itu, bahkan sehari-harinya selain untuk melakukan uji coba ilmiah, lebih banyak dihabiskan bermain bersama Sparky, bukan bersama teman-teman sebayanya.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana sedihnya Victor ketika Sparky mengalami musibah tertabrak mobil dan mati. Hari-harinya menjadi kelabu.
Namun, sebuah gagasan cemerlang datang ketika melihat guru IPA-nya, Tn. Rzykruski (Martin Landau) menunjukkan bangkai seekor kodok yang dialiri listrik dapat bergerak.
Gurunya menjelaskan bahwa otot dan syaraf makhluk hidup bisa terus aktif setelah mati jika dialiri arus listrik. Hal ini membuat Victor bersemangat untuk menghidupkan kembali Sparky dan berhasil. Namun, semuanya berjalan tidak seperti yang ia harapkan.
Selain menghadapi kepanikan penduduk kota, Victor juga menghadapi kenyataan bahwa teman-teman sekolahnya mengetahui rahasianya dan berupaya menghidupkan kembali binatang peliharaan mereka masing-masing.
Uniknya, salah seorang teman Victor, Toshiaki (James Hiroyuki Liao), menghidupkan kembali seekor kura-kura bernama Shelley (seperti nama sang pengarang novel sebagai penghargaan atas karyanya).
Film ini sendiri kembali menggunakan teknologi stop-motion seperti yang pernah dilakukan Tim sebelumnya dalam beberapa film sebelumnya, seperti The Nightmare Before Christmas (1993) dan Corpse Bride (2005).
Gaya penceritaan Tim yang kelam juga dipertahankan di film ini. Mood ini juga diperkuat dengan tampilan film yang hitam putih, tanpa warna.
Satu catatan adalah penampilan cameo Cristopher Lee, yang sekilas tampak di layar televisi dalam perannya sebagai Dracula di film Dracula: Prince of Darkness (1965). Dengan caranya sendiri, Tim menyampaikan sebuah kisah kasih sayang tanpa batas yang berakhir seperti film Disney pada umumnya.

http://berisikradio.com/review/movie/sinopsis-film-frankenweenie.html

Senin, 03 Desember 2012

Janganlah Berburuk Sangka Kepada Allah


Para pembaca yang budiman, perlu untuk kita ketahui bersama bahwa Alloh adalah Dzat yang maha sempurna, baik dari Nama, Sifat maupun perbuatan-Nya. Tidak ada satupun aib atau cela yang terdapat pada Alloh.
Sebagai bentuk realisasi tauhid, kita dilarang mengingkari nama dan sifat yang telah ditetapkankan oleh Alloh Ta’ala. Kita wajib percaya dan menerima sesuatu yang telah ditetapkan Alloh kepada para hambaNya.
Segala Sesuatu Diciptakan Dengan Hikmah
Alloh menciptakan langit dan bumi beserta isinya, semuanya tentu mengandung hikmah yang agung dan tidak dalam rangka kesia-siaan. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah (hanya sia-sia saja). Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka…” (Ash-Shood: 27). Termasuk tatkala Alloh memberikan manfaat (kebaikan) atau suatu mudhorot (musibah) pada seseorang, tentunya hal ini juga mengandung hikmah yang agung di dalamnya.
Untuk itu kita harus selalu berhusnuzhon (berprasangka baik) terhadap segala sesuatu yang telah Alloh tetapkan kepada para hamba-Nya agar kita termasuk orang-orang yang beruntung.
Rahasia di Balik Musibah
Para pembaca yang budiman, tidaklah Alloh menimpakan suatu musibah kepada para hambaNya yang mu’min kecuali untuk tiga hal:
  1. Mengangkat derajat bagi orang yang tertimpa musibah, karena kesabarannya terhadap musibah yang telah Alloh tetapkan.
  2. Sebagai cobaan bagi dirinya.
  3. Sebagai pelebur dosa, atas dosanya yang telah lalu.
Su’udzon Itu Tercela
Su’udzon (berprasangka buruk) pada Alloh merupakan sifat tercela yang harus dijauhi dari diri setiap orang yang beriman karena hal ini merupakan salah satu dari dosa besar. Sikap seperti ini juga merupakan kebiasaan orang-orang kafir dan munafiq. Mereka berprasangka kepada Alloh dengan prasangka yang buruk dan mengharapkan kekalahan dan kehancuran kaum muslimin. Akan tetapi Alloh membalik tipu daya mereka serta mengancam mereka dengan adzab yang pedih di dunia dan akhirat.
Alloh berfirman yang artinya, “Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Alloh. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Alloh memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali.” (Al-Fath: 6)
Adzab dunia yang akan diterima oleh orang kafir dan munafiq adalah berupa keresahan dan kegelisahan yang melanda hati mereka tatkala melihat keberhasilan kaum muslimin. Adapun adzab akhirat, mereka akan mendapatkan murka Alloh serta dijauhkan dari rahmat Alloh dan dimasukkan ke dalam neraka jahannam yang merupakan sejelek-jelek tempat kembali.
Berprasangka buruk pada Alloh merupakan bentuk cemooh atau ingkar pada takdir Alloh, Misalnya dengan mengatakan “Seharusnya kejadiannya begini dan begitu.” Atau ucapan, “Kok rejeki saya akhir-akhir ini seret terus ya? Lagi apes memang…” serta bentuk ucapan-ucapan yang lain. Banyak orang berprasangka buruk pada Alloh baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Tidak ada yang dapat menghindar dari prasangka buruk ini kecuali bagi orang-orang yang memahami nama dan sifat Alloh. Maka sudah selayaknya bagi orang yang berakal dan mau membenahi diri, hendaklah ia memperhatikan permasalahan ini dan mau bertobat serta memohon ampun terhadap prasangka buruk yang telah ia lakukan.
Jauhi Prasangka Buruk Kepada Alloh
Sikap berburuk sangka merupakan sikap orang-orang jahiliyah, yang merupakan bentuk kekufuran yang dapat menghilangkan atau mengurangi tauhid seseorang. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Mereka menyangka yang tidak benar terhadap Alloh seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: ‘Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Alloh.’ Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: ‘Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.’ Katakanlah: ‘Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.’ Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.” (Ali-Imran: 154)
Perlu untuk kita ketahui bersama, berprasangka buruk kepada Alloh dapat terjadi pada tiga hal, yaitu:
  1. Berprasangka bahwa Alloh akan melestarikan kebatilan dan menumbangkan al haq (kebenaran). Hal ini sebagaimana persangkaan orang-orang musyrik dan orang-orang munafik. Alloh berfirman yang artinya, “Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya (terbunuh dalam peperangan, pen) dan syaitan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu menjadi kaum yang binasa.” (Al-Fath: 12) Perbuatan seperti ini tidak pantas ditujukan pada Alloh karena tidak sesuai dengan hikmah Alloh janji-Nya yang benar. Inilah prasangka orang-orang kafir dan Neraka Wail-lah tempat mereka kembali.
  2. Mengingkari Qadha’ dan Qadar Alloh yaitu menyatakan bahwa ada sesuatu yang terjadi di alam ini yang di luar kehendak Alloh dan taqdir Alloh. Seperti pendapat Sekte Qodariyah.
  3. Mengingkari adanya hikmah yang sempurna dalam taqdir Alloh. Sebagaimana pendapat Sekte Jahmiyah dan Sekte Asy’ariyah.
Iman dan tauhid seorang hamba tidak akan sempurna sehingga ia membenarkan semua yang dikabarkan oleh Alloh, baik berupa nama dan sifat-sifat-Nya, kesempurnaan-Nya serta meyakini dan membenarkan janji-Nya bahwa Dia akan menolong agama ini
Untuk itu sekali lagi marilah kita instropeksi diri, apakah kita termasuk orang yang seperti ini (orang gemar berprasangka buruk pada Alloh) sehingga kita dijauhkan dari surga Alloh yang kekal? Kita berdo’a kepada Alloh agar menjauhkan kita semua dari berprasangka buruk kepadaNya. Wallohu a’lam.
***
Penulis: Abu Farhan Wali Sabara
Artikel www.muslim.or.id

Pencuri Berita Langit


Mengapa ramalan dari tukang ramal, dukun, paranormal, atau tukang sihir terkadang sesuai dengan kenyataan? Ternyata ada yang mencuri berita dari langit. Mereka bekerjasama dengan syaithan dari bangsa jin yang berusaha menyadap berita yang terjadi dari langit.
Alloh menciptakan langit berlapis-lapis dan bertingkat-tingkat. Alloh berfirman yang artinya, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.” (Qs. Al Mulk: 3). “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat?” (Qs. Nuh: 15). Tiap-tiap lapisan ada penghuninya sebagaimana halnya bumi. Alloh berfirman, “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Alloh.” (Qs. Al Isra’: 44)
Berita Langit
Sebagaimana telah maklum bahwa sumber segala urusan adalah berasal dari Alloh. Dia berfirman, “Alloh mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan(mu) dengan Rabbmu.” (Qs. Ar Ra’d: 2). Jadi, Alloh mengatur segala urusan sesuai dengan kehendaknya. Alloh berfirman, “Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ‘Jadilah!’ maka terjadilah ia.” (Qs. Yasin: 82). Inilah yang disebut dengan berita langit. Apapun yang terjadi di alam semesta ini tidak lepas dari ilmu, kehendak, ciptaan dan takdir Alloh Subhanahu wa Ta’ala. “Semua yang ada di langit dan di bumi selalu minta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (Qs. Ar Rahman: 29). Maksudnya Alloh senantiasa dalam keadaan menciptakan, menghidupkan, mematikan, memelihara, memberi rezeki, dan lain-lain.
Fungsi Bintang di Langit
Alloh menciptakan segala sesuatu tidak sia-sia. Semua mengandung hikmah. Alloh menjadikan bintang-bintang di langit selain sebagai hiasan dan penunjuk arah adalah untuk menjaga langit dari para pencuri beritanya. Alloh berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat (langit dunia) dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaithan yang sangat durhaka, syaithan-syaithan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.” (Qs. Ash Shaffat: 6-10)
Qotadah berkata, “Bintang-bintang diciptakan untuk 3 perkara; sebagai hiasan langit, alat pelempar syaithan-syaithan, dan penunjuk arah. Barangsiapa yang menafsirkan keberadaan bintang-bintang itu untuk selain dari 3 perkara tersebut maka dia telah salah dan menyia-nyiakan amalnya serta memberat-beratkan dirinya dengan sesuatu yang tidak ia ketahui. (HR. Al Bukhori)
Penjagaan Langit
Jin-jin itu berkata sebagaimana diceritakan Alloh, “Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api, dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barangsiapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya).” (Qs. Al Jin: 8-9)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Apabila Alloh menetapkan perintah di atas langit, para malaikat mengepakkan sayap-sayapnya karena patuh akan firman-Nya, seakan-akan firman (yang didengar) itu seperti gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal itu memekakkan mereka (sehingga mereka jatuh pingsan karena ketakutan). Maka apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati mereka, mereka berkata: ‘Apakah yang difirmankan oleh Tuhanmu?’ Mereka menjawab: (Perkataan) yang benar’. Dan Dialah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. Ketika itulah, (syaithan-syaithan) penyadap berita (wahyu) mendengarnya. Keadaan penyadap berita itu seperti ini: Sebagian mereka di atas sebagian yang lain -digambarkan Sufyan dengan telapak tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari-jemarinya- maka ketika penyadap berita (yang di atas) mendengar kalimat (firman) itu, disampaikanlah kepada yang di bawahnya, kemudian disampaikan lagi kepada yang ada di bawahnya, dan demikian seterusnya hingga disampaikan ke mulut tukang sihir atau tukang ramal. Akan tetapi kadangkala syaithan penyadap berita itu terkena syihab (panah api) sebelum sempat menyampaikan kalimat (firman) tersebut, dan kadang kala sudah sempat menyampaikannya sebelum terkena syihab; dengan satu kalimat yang didengarnya itulah, tukang sihir atau tukang ramal meIakukan seratus macam kebohongan. Mereka (yang mendatangi tukang sihir atau tukang ramal) mengatakan: ‘Bukankah dia telah memberitahu kita bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar)’, sehingga dipercayalah tukang sihir atau tukang ramal tersebut karena satu kalimat yang telah didengar dari Iangit.” (HR. Al Bukhori).
Ilmu Ghoib Hanya Milik Alloh
Akhirnya kita mengetahui bahwa ilmu para dukun dan konco-konconya hanyalah berasal dari syaithan, si pencuri berita langit. Sebelum sampai kepada para dukun, syaithan telah menambah kedustaan-kedustaan di dalamnya. Berita atau informasi yang ia sampaikan terkadang bisa benar dan lebih banyak salahnya. Ditambah lagi dengan berbagai macam bumbu-bumbu kebohongan oleh sang dukun, seperti pemenuhan syarat-syarat supaya lebih terkesan ‘meyakinkan’. Tapi anehnya masih banyak juga orang yang mendatangi dukun atau yang sejenisnya untuk bertanya perkara-perkara ghoib, yang dukun itu sendiri tidak mengetahuinya. Kalau kita mau berpikir sedikit kritis, siapakah yang mengabarkan kepada para dukun berita-berita seputar nasib seseorang, mencari barang yang hilang? Apakah Alloh mewahyukan kepadanya? Ataukah Jibril mendatanginya? “Katakanlah: ‘Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Alloh’, dan mereka tidak mengetahui kapan mereka akan dibangkitkan.” (Qs. An Naml: 65)
Renungkanlah!
Manusia mempunyai kecenderungan untuk menerima sesuatu yang bathil. Buktinya, bagaimana mereka bisa bersandar hanya kepada satu kebenaran saja yang diucapkan tukang ramal, tanpa memperhitungkan atau mempertimbangkan seratus kebohongan yang disampaikannya? Oleh karena itu serahkanlah segala urusan kepada pemiliknya. Segala sesuatu telah ditakdirkan oleh Alloh. Jika kita ditimpa musibah kehilangan sesuatu yang amat kita cintai, maka jangan mendatangi para dukun apalagi paranormal. Tapi kembalikanlah kepada Alloh. “Dan hanya kepada Alloh dikembalikan segala urusan.” (Qs. Al Baqoroh: 210). Yakinlah, Alloh akan mengganti dengan yang lebih baik. Insya Alloh.
***
Penulis: Nurdin Abu Yazid
Artikel www.muslim.or.id

Hikmah Diciptakannya Langit dan Bumi Selama 6 Hari


Pertanyaan:
Dikatakan dalam Al Qur’an bahwa Allah Ta’ala menciptakan langit dan bumi selama 6 hari. Tolong jelaskan kepada kami karena setahu kami Allah cukup mengatakan ‘kun‘ (jadilah) maka sesuatu bisa langsung terjadi.

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah menjelaskan:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya dalam 6 hari. Sebagaimana dikabarkan oleh Allah sendiri dan Ia adalah Ash Shadiq. Ia juga Maha Kuasa menciptakan semua itu dalam sekejap mata. Sebagaimana firman-Nya:
إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: Jadilah!” maka terjadilah ia” (QS. Yasin: 82)
Namun para ulama menjelaskan bahwa tujuan Allah menciptakan semua itu dalam 6 hari yaitu untuk mengajarkan hamba-Nya sikap tidak tergesa-gesa. Juga untuk mengabarkan bahwa Allah-lah yang mengatur dan segala sesuatu di alam ini dan menghubungkan semuanya. Rabb semesta alam yang Maha Mengetahui segala sesuatu dan Rabb yang Maha Kuasa atas segala sesuatu tidak menjadikan langit dan bumi sekaligus, melainkan dalam 6 hari. Sebagaimana juga Allah menciptakan manusia tidak sebagaimana menciptakan makhluk yang lain. Allah menciptakan manusia dengan susunan dan pengaturan yang paling baik. Semua itu agar hamba-Nya belajar untuk menunggu dan belajar sikap tidak tergesa-gesa, juga untuk mengabarkan kepada mereka bahwa perkara mereka telah diatur sedemikian rupa dengan sempurnanya di atas ilmu yang sempurna tanpa ketergesa-gesaan dan tanpa gangguan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan kekuasaan-Nya terhadap segala sesuatu dan ke-Maha Tahuan-nya terhadap segala sesuatu tidak menciptakan langit dan bumi sekaligus melainkan dalam enam hari, padahal Ia Maha Kuasa untuk menciptakan semua itu dalam sekejap mata karena jika Allah menginginkan sesuatu terjadi maka ia mengatakan ‘kun‘ (jadilah) maka terjadilah. Allah Ta’ala mengatur penciptaan langit dan bumi selama beberapa hari agar hamba-Nya memahami bagaimana seharusnya mereka bersikap, bagaimana seharusnya mereka mengatur urusan mereka, bagaimana mereka bersabar menunggu dalam perkara-perkara mereka tanpa tergesa-gesa hingga maslahah mereka sudah tersusun dengan baik dan hingga perkara mereka telah tepat berada pada jalan yang jelas dan membuat hati tenang. Dengan sikap itu tercapailah maslahah mereka dan terhindarlah mereka dari berbagai bahaya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengisyaratkan makna ini dalam firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي خَلَق السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاء لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً
Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah Arasy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya” (QS. Huud: 7)
Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Ia menciptakan langit dan bumi dengan cara demikian untuk menguji dan menyeleksi siapakah yang paling baik dan paling sempurna amalnya. Maka tergesa-gesa lah orang yang tidak mengatur urusannya, sehingga ia pun kurang sempurna dalam beramal. Allah Ta’ala menciptakan langit dan bumi dalam enam hari untuk menguji hamba-Nya untuk berusaha sempurna dalam beramal, dan berusaha sebaik mungkin dalam beramal serta tidak tergesa-gesa dalam melakukannya sehingga tidak ada cacat dalam urusan-urusan mereka. Dan Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, ketika itu Arsy-Nya ada di atas air, tujuannya untuk menguji siapakah di antara kalian yang lebih baik amalnya. Allah juga berfirman:
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى الْأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلً
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya” (QS. Al Kahfi: 7)
Allah juga menciptakan segala apa yang ada di bumi berupa pohon-pohon, tumbuhan, hewan, logan-logam dan benda-benda lainnya untuk menguji dan menyeleksi hamba-Nya, siapakah yang paling sempurna amalnya dalam mengeksplorasi apa yang ada di dalam bumi, mengambil manfaat serta menggunakannya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga berfirman:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلً
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya” (QS. Al Mulk: 2)
Dalam ayat-ayat ini serta makna yang terkandung di dalamnya menunjukkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan segala sesuatu dengan pengaturan yang sedemikian rupa dan juga rentang waktu yang tertentu untuk menguji hamba-Nya dan menyeleksi siapa yang bisa beramal dengan sempurna. Allah tidak berkata كثر عملاً (siapa yang paling banyak amalnya) namun berkata أَحْسَنُ عَمَلً (yang paling baik amalnya). Maka yang dianggap adalah yang paling profesional, sempurna, dan baik, bukan jumlahnya.
Sumber: http://www.binbaz.org.sa/mat/4109

Penerjemah: Yulian Purnama
Artikel Muslim.Or.Id

Senin, 29 Oktober 2012

Ini baru lucu hahaha (1cak.com)


Evolusi Sumpah Pemuda

budibud 19 hours ago
from mister eks
 
332 votes, 9 comments

Karena Balapan Mobil Udah Terlalu Mainstream

junkersial 20 hours ago
 
329 votes, 6 comments

Iklan Pocari

legeg55 21 hours ago
from Facebook (Group)
 
485 votes, 33 comments

Karna Hari Minggu Trus Di Undur Gitu?

budibud 21 hours ago
from detik
 
337 votes, 3 comments

Inilah Ekspresi Lo..

yowisben 21 hours ago
 
220 votes, 3 comments

CONAN TIME

wendy1102 21 hours ago
 
304 votes, 9 comments

Hidup Segan Mati Tak Mau...

sax_hat 21 hours ago
from translate dari completely serious comics
 
364 votes, 6 comments

Pasti Pernah Hehe

abidzar404 22 hours ago
 
306 votes, 6 comments

Tukang Bubur Everywhere...

danangadrian 22 hours ago
 
338 votes, 3 comments

Pura-pura Serius

citoela 22 hours ago
from Trust Me I am an Engineer (Edited by me)
 
250 votes, 0 comments

Chalenge Accepted Lvl: Maen Gitar

ihyateo 22 hours ago
from saya sendiri dan google
 
300 votes, 7 comments

Perbedaan Sumpah Pemuda 1928 Dan Sumpah Anak Alay 2012

ilham009 22 hours ago
from barusan aja buat
 
223 votes, 0 comments

Sumber : 1cak.com