
Ternyata bukan cuma yang pemberani aja yang bisa ikutan uji nyali. Orang yang gak pemberani-pemberani amat, atau bahkan yang penakut sekalian bisa uji nyali. Di Yogyakarta, tepatnya di Alun-Alun Kidul, ada sebuah tempat yang terkenal sebagai tempat orang-orang melakukan ritual atau ‘uji nyali’. Uji nyali-nya gampang, tinggal jalan, terus lewatin dua pohon beringin yang jaraknya lumayan jauh.

Foto: http://jogjacitydirectory.com
Ih, kok gampang banget? Iya emang gampang banget kalau dilewatinnya sambil melek. Makanya uji nyalinya harus lewatin dua pohon beringin dengan mata tertutup. Tenang aja, kamu bisa nyobain ini bukan cuma iseng-iseng gak dapet apa pun. Konon katanya, siapa yang berhasil melewati dua pohon beringin ini dengan mata tertutup, segala apa yang diniatkan akan terkabul.
Kalau NYUNYUers ada yang lagi jalan-jalan ke Yogyakarta terus mau nyobain, bisa langsung ke gerbang selatan kawasan Keraton Yogyakarta. Dibuka dengan Plengkung Gading di bagian selatan sebagai ‘gerbang masuk’ ke sebuah lapangan besar. Gak usah takut serem atau gimana, daerah ini rame kok. Banyak pedagang, wisatawan lokal atau asing yang dateng.
Oya, ‘uji nyali’ yang NYUNYU ceritain tadi itu namanya Masangin. Katanya sih akronim dari “Masuk Dua Beringin”. Awalnya NYUNYU kira akronim dari “Masuk Angin”. Kwukwuk… Tujuan main Masangin sebenarnya buat memecahkan mitos yang beredar di masyarakat Yogyakarta. Katanya, selain keinginan bisa terkabul, cuma orang yang berhati bersih yang bisa melewati dua pohon itu tanpa hambatan. Waaah, pasti NYUNYU bisa nih kalau begitu. Katanya juga, kalau hatinya gak bersih cuma bakal muter-muter aja di sekitara situ. Gak nyampe-nyampe. Kasian ya.
Alun-Alun Kidul itu dulunya suka dipake latihan para tentara Keraton sebelum Upacara Grebeg. Selain itu juga biasa dipake sebagai lokasi sowan para abdi dalem, prajurit, beserta anak buahnya setiap malam bulan Puasa, tepatnya tanggal ganjil, 23, 25, 27, dan 29 Ramadan.
Ngomong-ngomong, tradisi ini dulu sempet dihentikan waktu Sri Sultan Hamengku Buwono VIII bertahta, padahal pada era sebelumnya, tiap Senin-Kamis diadain lomba panahan di Alun-Alun.
Tradisi Masangin dulu berawal dari tradisi topo bisu yang diadakan pada malam. Ritualnya berjalan keliling benteng mengenakan pakaian adat Jawa lengkap dengan aturan gak boleh bicara sedikit pun.
Masyarakat Yogyakarta percaya di antara pohon beringin itu ada sejenis jimat tolak bala untuk musuh kerajaan (biasa disebut rajah). Terus kalau berhasil melewati antara kedua beringin tadi, dipercaya kekuatan musuh akan memudar. Jadi, dengan kata lain rajah ini ‘benteng’ keraton yang gak kelihatan.
Seiring berjalannya waktu, pemaknaan melewati kedua beringin ini mulai bergeser, jadi gak sesakral dulu. Banyak juga yang bilang Masangin ini sekarang jadi permainan untung-untungan belaka. Hemmm… NYUNYUers pada setuju gak? Ada yang udah pernah nyoba? Gimana hasilnya? Ceritain ke NYUNYU doooong. Kwuk!

foto: http://yogyakarta.panduanwisata.com
0 komentar:
Posting Komentar