Paris: Membuka Setiap Tempat Punya Cerita
Oleh Prisca Primasari

Paris: Aline adalah cerita tentang pecahan porselen, seorang gadis biasa-biasa saja, dan pemuda misterius yang sangat menyukai syal-syal panjang serta tempat-tempat suram. Dimulai dari satu sudut di Jardin du Luxembourg, tempat Aline menemukan pecahan porselen bermasalah yang kemudian mengantarkan gadis itu pada pemuda paling ajaib yang pernah ditemuinya: Aeolus Sena.
Saya menulis kisah ini kisaran bulan Ramadhan dan Lebaran. Saat GagasMedia menawari saya untuk menulis seri Setiap Tempat Punya Cerita dengan benang merah kota-kota romantis, saya langsung tertarik, apalagi ketika saya kebagian setting Paris, Prancis. Sudah bukan rahasia bahwa saya sangat senang mengeksplor budaya Eropa, terutama Prancis dan Rusia.
Namun, saya sempat ragu saat diwajibkan untuk menjadi pembuka seri ini, dalam artian menjadi yang pertama terbit dan hanya punya waktu sebulan untuk menyelesaikan. Bukan cuma karena proyek ini melibatkan para penulis hebat dan lebih senior dari saya, tetapi karena saat itu saya harus menanggung banyak  sekali deadline pekerjaan. Hectic, pendeknya, apalagi kondisi fisik juga tidak terlalu mendukung. Namun, saya mencoba untuk optimis dan berkata dalam hati, “Ah, nggak apa-apalah… kesempatan toh tidak datang dua kali. Anggap aja tantangan.” Maka, mulailah saya merangkai cerita tentang Aline dan Sena. Dengan sangat terburu-buru, sesungguhnya.
Walaupun saya sudah sering menulis tentang Prancis (novel-novel saya sebelumnya, Éclair dan Kastil Es dan Air Mancur yang Berdansa pun sedikit-banyak mengambil setting di sana), saya tetap melakukan riset. Saya membeli segala jenis buku tentang Prancis, browsing, mengkaji sastra Prancis, dan yang paling berkesan, membeli makanan Made in France. Namun, saya percaya bahwa orang yang paling berperan memberikan pengetahuan tentang Eropa adalah ayah saya. Cerita-cerita beliau yang saya terima semasa kecil selalu melekat dalam benak, hingga sekarang, walaupun saya sendiri belum pernah ke Eropa. Saya yakin, cerita-cerita itulah fondasi dari semua novel saya yang berlatar Eropa.
Hal kedua yang saya lakukan adalah mendalami karakter Aline serta Sena. Untuk karakterisasi, saya biasa membuat character sheet—semacam biodata—yang mencakup sifat karakter serta detail-detail mereka yang paling kecil. Dengan inilah saya bisa bersimpati dengan para karakter. Alhamdulillah, pada akhirnya saya bisa masuk dalam dunia Aline dan Sena, juga memahami segala hal tentang mereka.
Saya sangat lega sekaligus kehilangan setelah novel ini selesai. Satu hal yang pasti, saya tidak terlalu yakin para pembaca akan menyukai Paris: Aline, mengingat saya tidak punya waktu banyak untuk menulis atau pun revisi. First reader draft awal pun hanya satu sahabat saya, tidak seperti novel-novel lainnya yang masih sempat dibaca banyak teman. Saya juga yakin bahwa seri Setiap Tempat Punya Cerita berikutnya pasti akan lebih baik. Tapi, saya tetap berharap pembaca dapat menikmati. After all, it’s been a very beautiful process, tidak seperti dugaan saya sebelumnya. Saya menulis di Bandung, di Surabaya, di kereta api, di banyak sekali tempat. Dan tentu saja, setiap tempat itu memiliki kisah sendiri-sendiri.